Di Indonesia komoditas kopi merupakan
salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai andil cukup penting penghasil
devisa ketiga terbesar setelah kayu dan karet. Kopi sebagai tanaman perkebunan
merupakan salah satu komoditas yang menarik bagi banyak negara terutama negara
berkembang, karena perkebunan kopi memberi kesempatan kerja yang cukup tinggi
dan dapat menghasilkan devisa yang sangat diperlukan bagi pembangunan nasional
(Spillane, 1990).
Perkembangan produksi kopi Indonesia
mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat
produksi kopi di Indonesia secara rata-rata mengalami kenaikan tiap tahunnya,
produksi kopi tertinggi dalam kurun waktu tersebut terjadi pada tahun 2008
sebesar 683.300 ton dan produksi kopi terendah pada tahun 1997 sebesar 426.812
ton. Sumber kenaikan produksi kopi Indonesia berasal dari perkebunan rakyat
produksi kopi rakyat mengalami kecenderungan yang meningkat selama periode
1997-2008, sementara produksi kopi perkebunan besar menunjukkan kecenderungan
yang menurun selama periode tersebut.
Berdasarkan catatan data AEKI,konsumsi
dalam negeri selama ini hanya berkisar antara 100 ribu hingga 125 ribu ton per
tahun atau 27% dari produksi normal kopi nasional yang 450 ribu ton. Sementara
itu, realisasi ekspor per tahun mencapai 265 ribu ton. Dibanding jumlah
penduduk Indonesia yang sekitar 200 juta, konsumsi per kapita per tahun
masyarakat Indonesia terhadap kopi dalam negeri hanya 600 gram.
Indonesia mempunyai trend menurun dalam
perkembangan ekspor tahun 2004-2008 hal itu dapat dilihat dari tabel 1.2 di
bawah, walaupun mampu menduduki posisi sebagai negara pengekspor kopi terbesar
keempat di dunia setelah Brasil, Columbia dan Vietnam produksi Indonesia masih
kalah jauh dengan ke-3 negara tersebut begitu juga dengan ekspor Indonesia
Kopi
Indonesia juga memiliki pangsa ekspor tinggi di Eropa, AS, Jepang, Korea, dan
Aljazair. Bahkan, Sebuah waralaba penjual kopi terkenal di Amerika Serikat,
Starbuck, juga menggunakan kopi yang diimpor dari Indonesia.Amerika menjadi
negara pengimpor kopi terbesar dari Indonesia, negara tujuan ekspor lainnya
adalah Jepang, Jerman, Italia walaupun Amerika menjadi negara pengimpor
terbesar dari Indonesia, tetapi dalam perkembangan ekspor kopi Indonesia ke
Amerika mengalami penurunan volume , meskipun berdasarkan nilai ekspor mengalami
kenaikan
Berdasarkan dari aspek mutu Indonesia
lebih dikenal sebagai sumber kopi yang murah, harga yang murah tersebut
berhubungan dengan citra negatif dari kopi Indonesia yang bermutu rendah
dibawah mutu kopi dari negara-negara lain terutama Brazil dan Columbia
(Siswoputranto, 1993). Kopi ekspor Indonesia kalah bersaing dalam hal kualitas,
Berbagai upaya telah dilakukan untuk peningkatan mutu antara lain kebijakan
standarisasi dan pengawasan mutu kopi. Standarisasi mutu tersebut terus
ditingkatkan, dan hasilnya adalah bahwa pangsa pasar kopi untuk mutu tinggi
menjadi 11.65 % dan mutu sedang 70,8%. Sementara kopi yang berkualitas rendah
turun menjadi 17,5%.
Perbandingan harga kopi dunia dengan
harga kopi ekspor Indonesia, adanya perbedaan harga yang jauh dimana harga kopi
Indonesia tertinggi hanya menyentuh harga 116,07 US cents/lb pada tahun 2007
dan harga kopi dunia sampai menyentuh harga 1291,97 US cents/lb, perbedaan harga yang jauh inilah yang menjadi
keunggulan dari kopi Indonesia. (Sumber : ICO Historical Statistic 2008 dan
Statistika Indonesia 2008 )
Tejadinya
fluktuasi kurs dollar terhadap rupiah
dalam kurun waktu 2001-2008, perkembangan kurs dollar yang terjadi pada kurun
waktu tersebut dapat dibilang stabil pada level Rp 7.000-Rp 8000 dengan kurs
yang stabil merupakan modal penting bagi ekspor kopi Indonesia. Kurs tertinggi
pada kurun waktu 2001-2008 adalah pada tahun 2008 senilai Rp. 12.060 dan kurs
terendah pada tahun 2002 senilai Rp.7.500.(Sumber : Statistik Keuangan
Indonesia 2009).
Pada tahun 2001 konsumsi kopi Amerika
mengalami kenaikan paling tinggi yaitu sebesar 2.351.698 bags dimana pada tahun
yang sama harga kopi internasional maupun harga kopi domestik mengalami penurunan
sebesar 18,65 untuk harga kopi internasional dan 392,5 dollar untuk harga kopi
domestik. Perkembangan konsumsi Amerika mulai tahun 2002 dengan perkembangan
harga kopi dunia tidak sama , harga kopi dunia mulai tahun 2002 sampai 2008
mengalami kenaikan tiap tahunnya sedangkan konsumsi kopi Amerika berfluktuatif
hal ini sama dengan perkembangan harga kopi domestik . (Sumber : International
Coffee Organization (ICO))
Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas,
kopi produksi Indonesia merupakan komoditas yang mempunyai daya saing yang
tinggi dengan komoditas kopi luar negeri dan mempunyai potensi untuk menambah
devisa negara, sehingga peneliti ingin Menganalisis pengaruh harga kopi dunia,
harga kopi domestik, kurs,pendapatan perkapita Amerika maupun konsumsi kopi
Amerika terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke Amerika.
Jakarta - Wakil Menteri Luar
Negeri, A.M. Fachir, membuka secara resmi the 1st Investment Summit Indonesia –
Kolombia, Senin (14/9), yang dihadiri oleh sekitar 80 pengusaha Indonesia dan
Kolombia yang berskala nasional dan internasional.
Penyelenggaran Investment Summit
yang merupakan kolaborasi antara KADIN Indonesia dengan Kedutaan Besar Kolombia
di Jakarta dan Pro Colombia ini adalah implementasi dari Memorandum of
Understanding between the Colombian Confederation of Chamber of Commerce
(CONFECAMARAS) and the Indonesian Chamber of Commerce and Industry, yang
ditandatangani pada bulan April 2015.
Juan Carloz Gonzalez, salah satu
dari 10 pengusaha terkaya di dunia yang juga menjabat sebagai Wakil Presiden
Pro Colombia, memimpin delegasi bisnis Kolombia yang antara lain terdiri dari
Organizacion Sanitas International (sektor farmasi, rumah sakit, farmasi dan
investment capital), Amtex (zat kimia turunan selulosa/carboxymethyl
cellulose), Fundacion Cardiovascular (investor di sektor rumah sakit), Prodegan
(bidang makanan hewan) dan Etec (jasa pengolahan air).
Investor Kolombia telah menyatakan
minatnya untuk diversifikasi investasi di Indonesia, tidak saja sektor minyak,
namun juga infrastruktur, energi, kesehatan dan sanitasi.
Dalam sambutannya, Wamenlu Fachir
menyampaikan bahwa kerja sama bisnis dengan Indonesia merupakan keputusan
(komunitas bisnis) Kolombia yang benar-benar strategis dan tepat.
“Kolombia, di sisi lain, merupakan
mitra bisnis Indonesia yang semakin berkembang. Dengan pertumbuhan ekonomi
rata-rata di atas 4%, dan lokasinya strategis, Kolombia menjadi entry point
bagi pengusaha Indonesia ke pasar Amerika Latin yang lebih luas, melalui
Aliansi Pasifik,” kata Wamenlu Fachir.
Pernyataan tersebut didukung dengan
fakta bahwa Kolombia memiliki kerja sama perdagangan dengan 45 negara dan pasar
1,5 miliar konsumen yang potensial, yang mengukuhkannya sebagai untapped market
bagi Indonesia. Investasi Kolombia di dunia meningkat dan Kolombia menjadi
investor ke-4 terbesar di dunia (UNCTAD 2014). Secara lebih luas, Kolombia juga
merupakan anggota Aliansi Pasifik, kelompok ekonomi ke-6 terbesar di dunia yang
beranggotakan Kolombia, Chile, Peru dan Meksiko. Secara agregat Aliansi Pasifik
memegang 37% GDP dari seluruh kawasan Amerika Lain, 50% ekspor kawasan serta
pasar 200 juta konsumen.
Setelah Investment Summit, dalam
rangka diplomasi ekonomi dan meningkatkan kerja sama perdagangan RI-Kolombia,
Kemlu bekerja sama dengan Kadin akan menyelenggarakan misi dagang kadin
Indonesia ke Kolombia pada paruh kedua 2015.
Perdagangan bilateral RI-Kolombia
walaupun berfluktuasi dari tahun ke tahun tetap mencatat surplus bagi pihak RI.
Tahun 2010 perdagangan bilateral keduanya tercatat US$ 149,6 juta, 2013
tercatat 147,8 juta dan 2014 tercatat 154,4 juta. Komoditi ekspor Indonesia
yang berpotensi di pasar Kolombia antara lain adalah alas kaki, elektronik,
benang tekstil, minyak kelapa sawit, karet, peralatan mesin kantor, kertas dan
kertas karton. (Dit. Amselkar/Infomed)
Anggota:
Cindyta Meidiana
Dwi Fajar wati
Shifa Baity
Refrensi:
https://www.academia.edu/12659410/ANALISIS_DAN_PEMBAHASAN_MAKALAH_EKSPOR_KOPI