Ads 468x60px

Rabu, 26 April 2017

PEMBANGUNAN EKONOMI DI NTB

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan Ekonomi NTB Triwulan IV Tahun 2016 Sebesar 5,82 persen
Sampai dengan triwulan IV-2016 perekonomian Provinsi NTB yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 116,25 triliun dan PDRB perkapita mencapai Rp 23,74 juta. Sedangkan tanpa sub kategori pertambangan bijih logam, PDRB Provinsi NTB atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp 94,00 triliun dan PDRB perkapita tanpa pertambangan bijih logam sebesar Rp 19,20 juta.

Ekonomi Provinsi NTB selama tahun 2016 secara kumulatif (c-to-c) mengalami pertumbuhan sebesar 5,82 persen terhadap tahun 2015, sedangkan tanpa pertambangan bijih logam tumbuh sebesar 5,71 persen.
Ekonomi Provinsi NTB khususnya pada  triwulan IV-2016 bila dibandingkan dengan triwulan IV-2015 (y-on-y) tumbuh sebesar 3,77 persen, Sedangkan tanpa sub kategori pertambangan bijih logam  mengalami pertumbuhan sebesar 5,05 persen.

Pertumbuhan  ekonomi Propinsi NTB triwulan IV 2016 ini dibandingkan dengan triwulan III 2016 yang lalu (q-to-q) kontraksi sebesar 8,22 persen. Sedangkan tanpa sub kategori pertambangan bijih logam  mengalami konstraksi sebesar 6,63 persen.

Lima besar kegiatan ekonomi sebagai penyumbang utama pertumbuhan ekonomi khususnya  pada triwulan IV 2016 ini (y-on-y) adalah Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 0,73 poin, Jasa Keuangan sebesar 0,51 poin, Transportasi dan Pergudangan sebesar 0,45 poin, Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 0,37 poin, Konstruksi sebesar 0,32 poin. Dari sisi PDRB pengeluaran adalah Ekspor LN sebesar 6,83 poin, PMTB sebesar 2,29 poin, dan PKRT sebesar 1,50 poin.








Pertumbuhan ekonomi tahun 2015
Kepala Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat Wahyudin, di Mataram, Jumat, menyebutkan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi NTB sepanjang 2015 adalah pertambangan dan penggalian yakni 16,52 persen, diikuti sektor pertanian, kehutanan dan perikanan 1,11 persen dan sektor konstruksi 0,72 persen.
"Tingginya pertumbuhan pada subkategori pertambangan bijih logam, disebabkan oleh aktivitas perusahaan tambang bijih logam di NTB, mengalami peningkatan produksi setelah tidak beroperasi sementara sejak pertengahan 2014," katanya.
Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi selama 2015 tertinggi dicapai oleh pertambangan bijih logam. Namun, jika tanpa sub kategori pertambangan bijih logam ekonomi NTB tumbuh 5,62 persen atau mengalami sedikit perlambatan dibanding dengan pertumbuhan ekonomi pada 2014 yang mencapai 6,16 persen.
Sejak 2000 hingga kini, kata Wahyudin, perekonomian NTB sangat dipengaruhi oleh nilai tambah yang dihasilkan oleh sub kategori pertambangan dan bijih logam. Indikasi ini terlihat jika nilai tambah sub kategori tersebut dieliminasi dari komponen pembentuk produk domestik regional bruto (PDRB) NTB.
Sampai dengan triwulan IV/2015, perekonomian NTB yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp102,79 triliun dan PDRB perkapita mencapai Rp21,26 juta.
"Sementara tanpa sub kategori pertambangan bijih logam, PDRB NTB atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp84,42 triliun," katanya.
Untuk kondisi pertumbuhan ekonomi NTB triwulan IV dibanding triwulan III/2015, kata Wahyudin, mengalami kontraksi minus 8,76 persen, sedangkan tanpa sub kategori pertambangan dan bijih logam mengalami kontraksi minus 6,11 persen.
"Kondisi tersebut dipicu oleh menurunnya aktivitas perkebunan, khususnya perkebunan tembakau yang telah melewati puncak kegiatan," ujarnya. (ant)


Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat Pada Triwulan III-2014 Sebesar 1,32 Persen (q To Q)

PDRB Provinsi NTB pada triwulan III-2014
a.    Dengan sub sektor pertambangan non migas atas dasar harga (adh) berlaku mencapai Rp 15,37 triliun, sedangkan adh konstan mencapai  Rp 5,20  triliun.
b.    Tanpa sub sektor pertambangan non migas atas dasar harga (adh) berlaku mencapai Rp 14,70 triliun, sedangkan adh konstan mencapai  Rp 5,00  triliun.
Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kuartal (q to q), yaitu laju pertumbuhan PDRB pada triwulan III-2014 terhadap PDRBpada triwulan sebelumnya.
a.    Dengan sub sektor pertambangan non migas tumbuh sebesar 1,32 persen.
b.    Tanpa sub sektor pertambangan non migas tumbuh sebesar 7,96 persen.
Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Tahunan (y on y), yaitu laju pertumbuhan PDRB  pada triwulan III-2014 terhadap triwulan III-2013.
a.    Dengan sub sektor pertambangan non migas tumbuh sebesar - 3,01 persen.
b.    Tanpa sub sektor pertambangan non migas tumbuh sebesar 5,83 persen.
Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kumulatif (c to c), yakni laju pertumbuhan PDRB kumulatif dari triwulan I sampai triwulan III-2014 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya.
a.    Dengan subsektor pertambangan non migas tumbuh sebesar  1,67 persen.
b.    Tanpa subsektor pertambangan non migas tumbuh sebesar 5,84 persen.
Sumber pertumbuhan ekonomi (SPE)
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2014 sebesar 1,32 persen (q to q) didorong oleh sektor pertanian hingga 4,66 point. Sementara perekonomian NTB tahun 2014 sampai dengan triwulan III (c to c) tumbuh sebesar 1,67 persen dan didorong oleh sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar 1,54 point.
Struktur ekonomiProvinsi NTB pada triwulan III-2014.
a.    Dari Sisi Produksi
PDRB Propinsi NTB pada triwulan III-2014 masih didominasi oleh sektor pertanian (30,72%)diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (19,32%), sedangkan yang menempati urutan ketiga yakni sektor jasa-jasa (14,99%).
b.    Dari Sisi Penggunaan
Dari sisi penggunaan terbesar adalah untuk konsumsi rumah tangga dan untuk Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), masing-masing 58,56 persen dan 29,80 persen. 2017, Ekonomi NTB Diproyeksi Tumbuh Kondusif
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Prijono memperkirakan kondisi perekonomian masih kondusif di tahun 2017 mendatang. Bahkan Prijono memprediksi pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB di tahun 2017 mendatang berada di kisaran 6,0 persen, tanpa sektor pertambangan.
“Pertumbuhan ekonomi di tahun 2017 tanpa tambang kami perkirakan tumbuh dikisaran 6,0 persen, yang ditopang oleh investasi dan ekspor domestik,” kata Prijono, saat pertemuan tahunan perbankan, Selasa (20/12).
Sementara itu lanjut Prijono, pertumbuhan ekonomi NTB diproyeksikan berada pada kisaran 4,0 persen, termasuk didalamnya kategori tambang. Sedangkan untuk non tambang, pertumbuhan perekonomian NTB diproyeksikan di kisaran 6,0 persen yang ditopang oleh investasi dan ekspor domestik.
Pertumbuhan perekonomian juga sangat dipengaruhi dengan laju Inflasi. Dimana inflasi akan berada dalam kisaran targetnya sebesar 4,01 persen dengan pertumbuhan kredit dalam kisaran 10 – 12 persen, dan pertumbuhan dana pihak ketiga dalam kisaran 9 – 11 persen di tahun 2017 mendatang.
Dinamika perekonomian yang semakin dinamis, membuat tantangan yang perlu dihadapi kedepan tidaklah ringan, tak terkecuali untuk Provinsi NTB. Namun demikian, tantangan tersebut perlu dijawab dengan optimisme yang tinggi, karena NTB memiliki potensi yang sangat besar disertai dengan peluang yang terbuka lebar.
Peluang tersebut antara lain pertama adalah peluang NTB sebagai sentra ketahanan pangan. Dimana ditengah tingginya lonjakan pertumbuhan penduduk dunia, isu ketahanan pangan menjadi sangat strategis bagi setiap Negara. Hal tersebut menciptakan peluang untuk perluasan pasar bagi negara penghasil pangan.
Provinsi NTB sebagai salah satu provinsi lumbung pangan nasional, dapat berkontribusi untuk mendukung ketahanan pangan tersebut melalui peningkatan produksi pangan, disertai penguatan jalur distribusi lintas daerah. “Kami melihat produk pertanian NTB cukup mampu bersaing,” kata Prijono.
Selanjutnya, kedua, peluang NTB sebagai destinasi utama pariwisata nasional. BI NTB mencermati adanya perubahan pola konsumsi pada masyarakat Indonesia secara umum, yakni kecenderungan meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan rekreasi.
Hal tersebut merupakan peluang yang dapat dimaksimalkan untuk mendorong peningkatan kunjungan wisatawan ke NTB. Dengan adanya kenaikan UMR di tahun 2017 (8,25 persen) diharapkan mampu mendorong peningkatan belanja masyarakat seiring dengan meningkatnya pendapatan.
Selain itu, adanya kebijakan bebas visa wisata bagi 75 negara menjadikan peluang yang menjanjikan untuk meningkatkan tingkat kunjugan wisatawan dari mancanegara.
Ketiga, peluang sekaligus potensi yang paling kuat adalah potensi sumber daya manusia (SDM) di NTB yang tengah memasuki fase bonus demografi. Bonus demografi dimaksud tercermin dari tingginya proporsi masyarakat NTB yang tergolong usia produktif.
“Kondisi ini merupakan kesempatan sangat baik agar potensi sumber daya alam dapat dikelola secara maksimal dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi Provinsi NTB,” imbuhnya.
Sementara itu, Asisten II Setprov NTB, H. Lalu Gita Aryadi mengatakan, progress pembangunan disegala bidang di Provinsi NTB terus menunjukan langkah nyata dan sudah on the track atau sesuai jalurnya. Hal tersebut terbukti dengan keberhasilan NTB menurunkan angka kemiskinan, pengangguran melalui bukti nyata dengan didapatkannya penghargaan dari Presiden RI.
Pembangunan di sektor perekonomian dan kesehatan termasuk juga infrastruktur terus menjadi program prioritas pemerintah daerah. Selain itu pengembangan sektor pariwisata, jasa dan perdagangan dan tidak terlupakan program unggulan di sektor pertanian dan kelautan terus digenjot oleh pemerintah daerah. “Kita terus menggenjot kinerja semua pihak dalam memajukan NTB, baik dari perekonomian dan lainnya, menuju rakyat sejahtera,” pungkasnya. (luk)
KELOMPOK 
 Cindyta Meidiana ( 21216629 )
 Dwi Fajar Wati ( 22216182 )
 Shifa Baity N ( 27216007 )
REFERENSI



PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK BRUTO DI CHINA

Tahun 2013 (Ekonomi China Tumbuh 7,7%)
Meski dengan susah payah, ekonomi China tahun laku tumbuh 7,7%. Angka ini nyaris mendekati pertumbuhan tahunan terendah tahun 1999 sebesar 7,6. Laju pertumbuhan ekonomi China sepanjang 2013 stagnan dibandingkan 2012 yang juga 7,7%. Produk domestic bruto (PDB) China sepanjang kuartal keempat tahun lalu di angka 7,7%. Angka ini menurun ketimbang kuartal ketiga pada posisi 7,8%. “Ekonomi China masih tumbuh baik di tengah fase penyesuaian,” kata Brian Jackson, Kepala Ekonom china di HIS Global Insight. Survei Bloomberg memprediksi, Tiongkok akan mencatat pertumbuhan ekonomi terendah dalam 25 tahun terakhir pada tahun ini. Prediksi ini mempertimbangkan ekspansi infrastruktur dan manufaktur yang moderat. “kata Dariusz Kowalczyk, Ekonom Senior dan Strategis Credit Agricole Hong Kong. Survei Bloomberg memprediksi, pertumbuhan ekonomi China tahun ini hanya mencapai 7,4%, terendah sejak 1990 Bank Dunia memprediksi, pertumbuhan ekonomi China tahun ini tidak berubah dari tahun lalu di angka 7,7%. Namun, Deutsche Bank memasang prediksi pertumbuhan ekonomi China tahun ini diangka 8,6. RBS jua mematok target optimistis pada 8,2%. “Kami memprediksi, China akan diuntungkan oleh membaiknya ekonomi global tahun ini,” kata Louis Kuijs, Ekonom RBS di Hong Kong. Ma Jiantang, Kepala Biro Statistik Nasional China mengatakan, pertumbuhan ekonomi tahun ini akan stabil. Dia menambahkan, kontribusi industri tertier yang termasuk sektor jasa, akan melampaui kontribusi industri sekunder seperti manufaktur. Pemerintah China belum mengumumkan target pertumbuhan 2014. Tetapi, banyak analis mengatakan, hasil reformasi ekonomi belum tampak dalam waktu dekat. Sumber Reuters di Pemerintah China mengatakan, kemungkinan pemerintah akan tetap mematok target pertumbuhan 7,5%.

Tahun 2014 (Terendah dalam 24 Tahun Terakhir )

Laju pertumbuhan ekonomi China pada 2014 kemarin paling lambat dalam 24 tahun terakhir. Data resmi yang dikeluarkan oleh pemerintahan China, pertumbuhan ekonomi negara tersebut berada di bawah estimasi untuk pertama kalinya sejak 1998.
 Produk Domestik Bruto (PDB) China pada 2014 kemarin sebesar 7,4 persen, lebih rendah jika dibanding dengan setahun sebelumnya yang tercatat 7,7 persen. Pemerintah China sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,5 persen. 
Pertumbuhan ekonomi negara terbesar kedua di dunia tersebut tidak pernah berada di bawah 7,6 persen sejak 1990. sebelumnya, negara Tirai Bambu tersebut memang pernah mencetak pertumbuhan ekonomi 3,8 persen. Namun hal tersebut terjadi ketika negara tersebut terdapat pergolakan berupa pembantaian Tiannanmen Square.
PDB China untuk kuartal keempat berada di level 7,3 persen, mengalahkan perkiraan para analis yang memasang target di level 7,2 persen. Data lain juga menunjukkan,penjualan ritel untuk Desember naik 11,9 persen jika dibanding dengan tahun lalu. Sementara, hasil industi atau output industri naik 7,9 persen dibanding dengan tahun lalu. 
Untuk pertumbuhan investasi real estate China melambat menjadi 10,5 persen. Sedangkan pendapatan dari penjualan properti turun 6,3 persen.

Tahun 2015 (Kuartal IV/2015 Stabil)

 

Data ekonomi China untuk Desember menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) stabil pada angka 6,9% pada kuartal keempat 2015. Namun, angka ini terlalu dini untuk mengatakan ekonomi China telah dipercaya keluar.
"Perekonomian stabil karena kebijakan dukungan pertumbuhan baru dan pertumbuhan penjualan properti," kata Wang Tao,
Kepala ekonom di Bank of Communications Lian Ping mengatakan, hampir semua data aktivitas dapat meningkatkan pada Desember, kecuali penurunan impor dan mengurangi produksi industri. "Namun, itu masih terlalu dini untuk mengatakan ekonomi China telah dipercaya keluar," kata Lian.
Dia memperkirakan produksi industri bisa tumbuh 6% dari bulan lalu tahun sebelumnya tapi sedikit berkurang dari November yang sebesar 6,2%, yang merupakan terkuat sejak Juni.
Pertumbuhan penjualan ritel mungkin stabil pada angka 11,2% di tengah belanja apung pada akhir tahun. Investasi tetap aset dapat menambahkan 10,3% tahun lalu, naik 0,1 poin secara persentase dari keuntungan dalam 11 bulan pertama.
Namun, ekspor ditetapkan untuk menumpahkan 5,5% dari tahun ke tahun pada Desember, meningkat dari bulan sebelumnya. Impor bisa jatuh 10%, memburuk dari penurunan 8,7% pada November.
"Kebijakan akomodatif intensif harus didukung momentum pertumbuhan ekonomi jangka pendek, menstabilkan pertumbuhan kuartal keempat dari tahun lalu sebesar 6,9%," kata Wang.
Ekonomi China tumbuh 6,9% dari tahun sebelumnya pada kuartal ketiga 2015, tingkat pertumbuhan yang sama seperti pada tiga kuartal pertama. Itu laju paling lambat sejak setelah krisis keuangan global 2009.
Ekonom di Australia & Selandia Baru Banking Group Ltd Liu Ligang mengatakan, China masih perlu kebijakan memudahkan lebih lanjut untuk mempertahankan pertumbuhan.
"Dengan momentum pertumbuhan lembut dan tekanan deflasi tumbuh, kami berharap pemerintah lebih melonggarkan kebijakan moneter dan terus menerapkan kebijakan fiskal ekspansif," kata Liu.
Tampaknya ada lebih banyak ruang untuk kebijakan yang mendukung sebagai Indeks Harga Konsumen kemungkinan akan meningkat 1,5% pada Desember, sama seperti November.

 

Tahun 2016 (PDB Kuartal II/2016 Naik 6,7%)


Pertumbuhan ekonomi China berada pada posisi yang stabil sejalan dengan baiknya performa belanja pinjaman dan konsumen di akhir kuartal kedua. Hal ini menunjukkan langkah negara dengan perekonomian kedua terbesar di dunia tersebut untuk meningkatkan dukungan kebijakan moneter dan fiskalnya.
Seperti dilansir Bloomberg hari ini (Jumat, 15/7/2016), produk domestik bruto (PDB) China naik 6,7% pada kuartal kedua dibandingkan setahun sebelumnya.
Angka tersebut mendekati prediksi sebesar 6,6% oleh sejumlah ekonom dalam survey Bloomberg serta target pertumbuhan pemerintah di angka minimal 6,5% untuk setahun penuh.
Lonjakan pada laju kredit dan pemulihan pada sektor perumahan tahun ini telah menopang pertumbuhan meski pada saat yang sama terdapat pertanyaan akan keberlanjutan ekspansi.
Di sisi lain, para pembuat kebijakan di China telah mempertahankan tingkat suku bunga acuannya yang rendah seiring upaya mereka untuk menyeimbangkan sasaran pertumbuhan dengan upaya untuk membatasi risiko hutang serta mengurangi kapasitas berlebih.
Produksi industri menanjak 6,2% pada Juni dibanding setahun sebelumnya, setelah mencapai 6% pada Mei serta melampaui estimasi ekonom dengan 5,9%.
Sementara itu, penjualan retail menguat 10,6% di atas estimasi rata-rata sebesar 9,9% dan investasi aset tetap melambat menjadi 9% sepanjang Januari-Juni 2016 dibandingkan ekspektasi ekonom sebesar 9,4%.
"Penurunan pada investasi aset tetap, terutama di pasar properti, serta dampak banjir pada ekonomi, akan menantang pertumbuhan di kuartal ketiga,” ujar Zhao Yang, Kepala Ekonom China Nomura Holdings Inc

Tahun 2017 (PDB Tumbuh 6,9% di Kuartal Pertama 2017)

Ekonomi China tumbuh sedikit lebih tinggi dari perkiraan di kuartal pertama 2017, didorong oleh belanja infrastruktur pemerintah dan peningkatan pasar perumahan.
Berdasarkan data badan statistik nasional China yang dirilis hari ini, produk domestik bruto (PDB) pada kuartal pertama tahun ini tumbuh 6,9% dibanding periode yang sama tahun lalu
Angka ini sedikit lebih tinggi dari prediksi analis yang disurvei Bloomberg yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8%.
Pertumbuhan kuartal pertama tahun ini merupakan yang tercepat sejak kuartal ketiga 2015, dengan data di bulan Maret menunjukkan investasi, penjualan ritel, output pabrik dan ekspor tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan.
"Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, China memulai tahun ini dengan headline PDB yang kuat," kata Raymond Yeung, kepala ekonom China di Australia & New Zealand Banking Group Ltd., seperti dikutip Bloomberg.
Pembuat kebijakan China telah beralih ke posisi moneter yang lebih netral karena mereka berusaha mengurangi risiko finansial dan mengurangi kelebihan kapasitas industri.
"Pertumbuhan kuartal pertama terutama didorong oleh refleksi dan penjualan properti dan investasi yang sangat kuat," kata Larry Hu, kepala ekonom China di Macquarie Securities Ltd. kepada Bloomberg.
"Data yang kuat ini akan memberi kepercayaan lebih untuk mempertahankan sikap pengetatan," lanjutnya.
Meskipun ada langkah pengetatan properti baru-baru ini, momentum investasi kemungkinan akan tetap kuat dalam beberapa bulan mendatang di tengah peningkatan investasi di sektor infrastruktur.
Sementara itu, pengumuman mengenai zona ekonomi baru di Xiongan menunjukkan adanya peningkatan pengeluaran konstruksi yang masif dan menandakan pihak berwenang cenderung tetap bergantung pada investasi untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang.
Investasi pengembangan properti naik 9,1% dalam tiga bulan pertama tahun ini dibanding tahun sebelumnya, angka ini juga lebih tinggi dibandingkan kenaikan 6,9% pada kuartal pertama tahun 2016.
Namun pengembang property di China mungkin menganggap 2017 lebih menantang, karena beberapa otoritas di kota besar telah memberlakukan pembatasan yang lebih ketat pada pembelian property untuk mengekang spekulasi.
 KELOMPOK 
 Cindyta Meidiana ( 21216629 )
 Dwi Fajar Wati ( 22216182 )
 Shifa Baity N ( 27216007 )

REFRENSI

KONSEP DAN PENGERTIAN KEMISKINAN

 Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. kemiskinan dapat diartikan secara lebih luas dengan menambahkan faktor faktor lain seperti faktor sosial dan moral. Secara konvensional, kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan individu atau masyarakat yang berada di bawah garis tertentu. Secara umum pengertian dari kemiskinan sangat beragam, tergantung dasar pemikiran dan cara pandang seseorang. Namun kemiskinan identik dengan ketidakmampuan sekelompok masyarakat yang terhadap sistem yang diterapkan oleh suatu pemerintah sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitas(kemiskinan struktural).
 Pada umumnya kemiskinan diidentikkan dengan ketidakmampuan seorang individu untuk memenuhi standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup secara layak. Pembahasan ini dimaksud dengan kemiskinan material. Definisi kemiskinan mengalami perkembangan sesuai dengan penyebabnya yaitu pada awal tahun 1990. Definisi diperluas tidak hanya berdasarkan pada tingkat pendapatan, tetapi juga mencakup ketidakmampuan dibidang kesehatan, pendidikan dan perumahan. Pendekatan kebutuhan dasar, melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan seseorang, keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan minimum, seperti sandang, papan, kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi.
Kemiskinan menurut Edi Suharto dalam Abdul Hakim (2002:219) adalah ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi:
  1. Sumber keuangan (mata pencaharian, kredit, modal)
  2. Modal produktif atau asset (tanah, perumahan, kesehatan, alat produksi)
  3. Jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa.
  4. Organisasi sosial dan politik yang digunakan untuk mencapai kepentingan bersama.
  5. Informasi yang berguna untuk kemajuan hidup.
  6. Pengetahuan dan keterampilan.
Konsep Kemiskinan
Kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif adalah konsep kemiskinan yang mengacu pada kepemilikan materi dikaitkan dengan standar kelayakan hidup seseorang atau kekeluarga. Kedua istilah itu menunjuk pada perbedaan sosial (social distinction) yang ada dalam masyarakat berangkat dari distribusi pendapatan. Perbedaannya adalah bahwa pada kemiskinan absolut ukurannya sudah terlebih dahulu ditentukan dengan angka-angka nyata (garis kemiskinan) dan atau indikator atau kriteria yang digunakan, sementara pada kemiskinan relatif kategori kemiskinan ditentukan berdasarkan perbandingan relatif tingkat kesejahteraan antar penduduk.

GARIS KEMISKINAN
 Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara maju daripada di negara berkembang.
Hampir setiap masyarakat memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan berguna sebagai perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur rakyat miskin dan mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program peningkatan kesejahteraan dan asuransi pengangguran untuk menanggulangi kemiskinan.
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara maju daripada di negara berkembang.
            Sudah disinggung sedikit di atas tentang garis kemiskinan yang dinyatakan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) yang menentukan kemiskinan mengacu pada kebutuhan minimum yang di butuhkan oleh seseorang, yaitu 2.100 kalori perkapita per hari, ditambah dengan kebutuhan minimum non-makan yang merupakan kebutuhan dasar seseorang yang meliputi: papan, sandang, sekolah, transportasi, serta kebutuhan rumah tangga dan individu yang mendasarinya.
          Menyangkut garis kemiskinan, secara teoritis garis kemiskinan dapat dihitung dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendapatan dan pengeluaran(Bappenas, 2000 dalam Darwis, 2001).Merujuk pada garis tersebut maka peneliti hanya membagi tingkat kemiskinan kedalam dua pendekatan garis kemiskinan dengan pendekatan aspek pendapatan dan garis kemiskinan dengan pendekatan aspek pengeluaran.
            Garis Kemiskinan (GK) pada aspek pendapatan diukur dengan syarat/ketentuan yang dipakai oleh Bappenas yaitu US$ 1 per kapita per satu hari. Hal ini sesuai dengan penjelasan Staf Ahli Meneg PPN/Kepala Bappenas bidang Sumberdaya Manusia dan Kemiskinan (Bambang Widiyanto) yang menyatakan bahwa pemerintah menggunakan defenisi penduduk miskin menurut Millennium Development Goals (MDGs), yakni masyarakat berpenghasilan di bawah US$ 1 per kapita per hari (Gunawan dan Siregar, 2007).
            Pendekatan dengan aspek pengeluaran diukur dengan metode yang digunakan oleh lembaga BPS dan BAPPENAS. Metode yang digunakan BPS dan BAPPENAS untuk mengukur kemiskinan adalah menghitung GK dan keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera 1 untuk mengukur kemiskinan adalah menghitung GK menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) ,yang terdiri dari dua komponen yaitu garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan non makanan (GKNM).
PENYEBAB DAN DAMPAK KEMISKINAN
Penyebab Kemiskinan
            Secara umum, penyebab kemiskinan dapat dibagi kedalam empat mazhab (Spicker, 2002),yaitu:
  1. Individual explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan cenderung diakibatkan oleh karakteristik orang miskin itu sendiri. Karakteristik yang dimaksud seperti malas dan kurang sungguh-sungguh dalam segala hal, termasuk dalam bekerja. Mereka juga sering salah dalam memilih, termasuk memilih pekerjaan, memilih jalan hidup, memilih tempat tinggal, memilih sekolah dan lainnya.
  2. Familial explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan lebih disebabkan oleh faktor keturunan. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah telah membawa dia kedalam Akibatnya ia juga tidak mampu  memberikan pendidikan yang layak kepada  anaknya, sehingga anaknya juga akan jatuh pada kemiskinan. Demikian secara terus menerus dan turun temurun.
  3. Subcultural explanation, menurut mazhab ini bahwa kemiskinan dapat disebabkan oleh kultur, kebiasaan, adat-istiadat, atau akibat karakteristik perilaku   Misalnya, kebiasaan yang bekerja adalah  kaum  perempuan, kebiasaan yang enggan untuk bekerja keras dan  menerima apa adanya, keyakinan bahwa mengabdi kepada para raja atau orang terhormat meski tidak diberi bayaran dan berakibat pada kemiskinan. Terkadang orang seperti ini justru tidak merasa miskin karena sudah terbiasa dan  memang kulturnya yang membuat demikian.
  4. Structural explanations, mazhab ini menganggap bahwa kemiskinan timbul akibat dari ketidakseimbangan, perbedaan status yang dibuat oleh adat istiadat, kebijakan, dan aturan lain menimbulkan perbedaan hak untuk bekerja, sekolah dan lainnya hingga menimbulkan kemiskinan di antara mereka yang statusnya rendah dan haknya terbatas.
Selain itu, Penyebab Kemiskinan juga banyak dihubungkan dengan:
  1. penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.
  2. penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
  3. penyebab sub-budaya (“subcultural”), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar.
  4. penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi.
  5. penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Menurut Nugroho dan Dahuri (2004) Penyebab kemiskinan dapat terjadi karena kondisi alamiah dan ekonomi, kondisi struktural dan sosial, serta kondisi kultural (budaya).
  1. Kemiskinan alamiah dan ekonomi timbul akibat keterbatasan sumber daya alam, manusia, dan sumberdaya lain sehingga peluang produksi relatif kecil dan tidak dapat berperan dalam pembangunan.
  2. Kemiskinan struktural dan sosial disebabkan hasil pembangunan yang belum merata, tatanan kelembagaan dan kebijakan dalam pembangunan.
  3. kemiskinan kultural (budaya) disebabkan sikap atau kebiasaan hidup yang merasa kecukupan sehingga menjebak seseorang dalam kemiskinan
Dampak Kemiskinan
Dampak kemiskinan antara lain :
  1. Tingkat pendidikan rendah.
  2. Tingkat kesehatan rendah dan meningkatnya angka kematian.
  3. Konflik sosial bernuasa SARA
PERTUMBUHAN KESENJANGAN DAN KEMISKINAN
            Hubungan antara tingkat kesenjangan dengan pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan dengan Kuznet Hypothesis. Hipotesis ini berawal dari pertumbuhan ekonomi (berasal dari tingkat pendapatan yang rendah berasosiasi dalam suatu masyarakat agraris pada tingkat awal) yang pada mulanya menaik pada tingkat kesenjangan pendapatan rendah hingga pada suatu tingkat pertumbuhan tertentu selanjutnya kembali menurun. Indikasi yang digambarkan oleh Kuznet didasarkan pada riset dengan menggunakan data time series terhadap indikator kesenjangan Negara Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat.
            Pemikiran tentang mekanisme yang terjadi pada phenomena “Kuznet” bermula dari transfer yang berasal dari sektor tenaga kerja dengan produktivitas rendah (dan tingkat kesenjangan pendapatannya rendah), ke sektor yang mempunyai produktivitas tinggi (dan tingkat kesenjangan menengah). Dengan adanya kesenjangan antar sektor maka secara subtansial dapat menaikan kesenjangan diantara tenaga kerja yang bekerja pada masing-masing sektor (Ferreira, 1999, 4).
Berikut adalah hubungan antara pertumbuhan, kesenjangan dan kemiskinan
  1. Hubungan antara Pertumbuhan dan Kesenjangan: Hipotesis Kuznets
            Data decade 1970an dan 1980an mengenai pertumbuhan ekonomi dan distribusi di banyak Negara berkembang, terutama Negara-negara dengan proses pembangunan ekonomi yang tinggi, seperti Indonesia, menunjukkan seakan-akan ada korelasi positif antara laju pertumbuhan dan tingkat kesenjangan ekonomi: semakin tinggi pertumbuhan PDB atau semakin besar pendapatan per kapita semakin besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum kaya.  Studi dari Jantti (1997) dan Mule (1998) memperlihatkan perkembangan ketimpangan pendapatan antara kaum miskin dan kaum kaya di Swedia, Inggris dan AS, serta beberapa Negara di Eropa Barat menunjukkan kecenderungan yang meningkat selama decade 1970an dan 1980an.  Jantti membuat kesimpulan semakin besar ketimpangan distribusi pendapatan disebabkan oleh pergeseran demografi, perubahan pasar buruh dan perubahan kebijakan publik.
            Dalam perubahan pasar buruh, membesarnya kesenjangan pendapatan dari kepala keluarga dan semakin besarnya pendapatan dari istri dalam jumlah pendapatan keluarga merupakan dua factor penyebab penting. Literature mengenai perubahan kesenjangan dalam dsitribusi pendapatan awalnya didominasi oleh apa yang disebut hipotesis Kuznets. Dengan memakai data antar Negara (cross section) dan data dari sejumlah survey/observasi di tiap Negara (time series), Simon Kuznets menemukan relasi antara kesenjangan pendapatan dan tingkat perdapatan per kapita berbentuk U terbalik.  Hasil ini diinterpretasikan sebagai evolusi dari distribusi pendapatan dalam proses transisi dari ekonomi pedesaan (rural) ke ekonomi perkotaan (urban) atau ekonomi industry.
  1. Hubungan antara Pertumbuhan dan Kemiskinan
            Dasar teori dari korelasi antara pertumbuhan dan kemiskinan tidak berbeda dengan kasus pertumbuhan dengan ketimpangan, seperti yang telah dibahas di atas.  Mengikuti hipotesis Kuznets, pada tahap awal proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur berkurang.  Namun banyak faktor lain selain pertumbuhan yang juga mempunyai pengaruh besar terhadap tingkat kemiskinan di suatu wilayah/Negara seperti struktur pendidikan tenaga kerja dan struktur ekonomi.
INDIKATOR KESENJANGAN DAN KEMISKINAN
Adapun indikator – indikator kemiskinan sebagaimana dikutip dari Badan Pusat Statistik, antara lain sebagai berikut :
  1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar ( sandang,pangan, papan ).
  2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya ( kesehaatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi ).
  3. Tidak adanya jaminan masa depan ( karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga ).
  4. Kerentangan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
  5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
  6. Kuranganya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
  7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
  8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
  9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial ( anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan rumah tangga,janda miskin,kelompok marginal dan terpencil ).
 Indikator – indikator Kesenjangan dari segi Pendapatan
Adapun indikator – indikatornya antara lain sebagai beikut :
  1. UMR yang ditentukan pemerintah antara pegawai swasta dan pegawai Pemerintah yang berbeda.
  2. PNS ( golongan atas ) lebih sejahtera dibandingkan petani.
  3. Pertanian kalah jauh dalam menyuplai Produk Domestik Bruto ( PDB ) yang hanya sekitar 9.3 % di tahun 2011, padahal Indonesia merupakan Negara agraris.
Tetapi ada beberapa indikator kesenjangan dan kemiskinan dalam perhitungan:
  1. INDIKATOR KESENJANGAN
            Ada sejumlah cara untuk mengukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan yang dibagi ke dalam dua kelompok pendekatan, yakni axiomatic dan stochastic dominance. Yang sering digunakan dalam literatur adalah dari kelompok pendekatan pertama dengan tiga alat ukur, yaitu the generalized entropy (GE), ukuran atkinson, dan koefisien gini.
            Yang paling sering dipakai adalah koefisien gini. Nilai koefisien gini berada pada selang 0 sampai dengan 1. Bila 0 : kemerataan sempurna (setiap orang mendapat porsi yang sama dari pendapatan) dan bila 1 : ketidakmerataan yang sempurna dalam pembagian pendapatan.
            Ide dasar dari perhitungan koefisien gini berasal dari kurva lorenz. Semakin tinggi nilai rasio gini, yakni mendekati 1 atau semakin jauh kurva lorenz dari garis 45 derajat tersebut, semakin besar tingkat ketidakmerataan distribusi pendapatan.
  1. INDIKATOR KEMISKINAN
            Batas garis kemiskinan yang digunakan setiap negara ternyata berbeda-beda. Ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup. Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan (BPS, 1994). Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kalori per hari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan jasa.
            Dengan kata lain, BPS menggunakan 2 macam pendekatan, yaitu pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) dan pendekatan Head Count Index. Pendekatan yang pertama merupakan pendekatan yang sering digunakan dalam metode BPS, kemiskinan dikonseptualisasikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Sedangkan Head Count Index merupakan ukuran yang menggunakan kemiskinan absolut. Jumlah penduduk miskin adalah jumlah penduduk yang berada di bawah batas yang disebut garis kemiskinan, yang merupakan nilai rupiah dari kebutuhan minimum makanan dan non makanan. Dengan demikian, garis kemiskinan terdiri dari 2 komponen, yaitu garis kemiskinan makanan (food line) dan garis kemiskinan non makanan (non food line).
            Untuk mengukur kemiskinan terdapat 3 indikator yang diperkenalkan oleh Foster dkk (1984) yang sering digunakan dalam banyak studi empiris. Pertama, the incidence of proverty : presentase dari populasi yang hidup di dalam keluarga dengan pengeluaran konsumsi perkapita dibawah garis kemiskinan, indeksnya sering disebut rasio H. Kedua, the dept of property yang menggambarkan dalamnya kemiskinan disuatu wilayah yang diukur dengan indeks jarak kemiskinan (IJK), atau dikenal dengan sebutan proverty gap index. Indeks ini mengestimasi jarak/perbedaan rata-rata pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan sebagai suatu proporsi dari garis tersebut.
KEMISKINAN DI INDONESIA
Antara pertengahan tahun 1960-an sampai tahun 1996, waktu Indonesia berada dibawah kepemimpinan Pemerintahan Orde Baru Suharto, tingkat kemiskinan di Indonesia menurun drastis – baik di desa maupun di kota – karena pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat dan adanya program-program penanggulangan kemiskinan yang efisien. Namun, ketika pada tahun 1990-an Krisis Finansial Asia terjadi, tingkat kemiskinan melejit tinggi, dari 11 persen menjadi 19.9 persen di akhir tahun 1998, yang berarti prestasi yang sudah diraih Orde Baru hancur seketika.
Tabel berikut ini memperlihatkan angka kemiskinan di Indonesia, baik relatif maupun absolut:
Statistik Kemiskinan dan Ketidaksetaraan di Indonesia:
 2006
 2007
 2008
 2009
 2010
 2011
 2012
 2013
 2014
Kemiskinan Relatif
(% dari populasi)
 17.8
 16.6
 15.4
 14.2
 13.3
 12.5
 11.7
 11.5
 11.0
Kemiskinan Absolut
(dalam jutaan)
   39
   37
   35
   33
   31
   30
   29
   29
   28
Koefisien Gini/
Rasio Gini
    –
 0.35
 0.35
 0.37
 0.38
 0.41
 0.41
 0.41
    –
Sumber: Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Tabel di atas menunjukkan penurunan kemiskinan nasional secara perlahan. Namun, pemerintah Indonesia menggunakan persyaratan dan kondisi yang tidak ketat mengenai definisi garis kemiskinan, sehingga yang tampak adalah gambaran yang lebih positif dari kenyataannya. Tahun 2014 pemerintah Indonesia mendefinisikan garis kemiskinan dengan perdapatan per bulannya (per kapita) sebanyak Rp. 312,328.
Ada tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan di Indonesia. Pertama, banyak rumah tangga yang berada di sekitar garis kemiskinan nasional, yang setara dengan PPP AS$1,55-per hari, sehingga banyak penduduk yang meskipun tergolong tidak miskin tetapi rentan terhadap kemiskinan. Kedua, ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan, sehingga tidak menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang yang mungkin tidak tergolong (miskin dari segi pendapatan) dapat dikategorikan sebagai miskin atas dasar kurangnya akses terhadap pelayanan dasar serta rendahnya indikator-indikator pembangunan manusia. Ketiga, mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia.
  1. Banyak penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan. Angka kemiskinan nasional sejumlah besar penduduk yang hidup sedikit saja di atas garis kemiskinan nasional. Hampir 42 persen dari seluruh rakyat.
  2. Kemiskinan dari segi non-pendapatan adalah masalah yang lebih serius dibandingkan dari kemiskinan dari segi pendapatan.
Bidang-bidang khusus yang patut diwaspadai adalah:
  1. Angka gizi buruk (malnutrisi) yang tinggi dan bahkan meningkat pada tahun-tahun terakhir: seperempat anak di bawah usia lima tahun menderita gizi buruk di Indonesia, dengan angka gizi buruk tetap sama dalam tahun- tahun terakhir kendati telah terjadi penurunan angka kemiskinan.
  2. Kesehatan ibu yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan negara-negara di kawasan yang sama, angka kematian ibu di Indonesia adalah 307 (untuk 100.000 kelahiran hidup), tiga kali lebih besar dari Vietnam dan enam kali lebih besar dari Cina dan Malaysia hanya sekitar 72 persen persalinan dibantu oleh bidan terlatih.
  3. Lemahnya hasil pendidikan. Angka melanjutkan dari sekolah dasar ke sekolah menengah masih rendah, khususnya di antara penduduk miskin: di antara kelompok umur 16-18 tahun pada kuintil termiskin, hanya 55 persen yang lulus SMP, sedangkan angka untuk kuintil terkaya adalah 89 persen untuk kohor yang sama.
  4. Rendahnya akses terhadap air bersih, khususnya di antara penduduk miskin. Untuk kuintil paling rendah, hanya 48 persen yang memiliki akses air bersih di daerah pedesaan, sedangkan untuk perkotaan, 78 persen.
  5. Akses terhadap sanitasi merupakan masalah sangat penting. Delapan puluh persen penduduk miskin di pedesaan dan 59 persen penduduk miskin di perkotaan tidak memiliki akses terhadap tangki septik, sementara itu hanya kurang dari satu persen dari seluruh penduduk Indonesia yang terlayani oleh saluran pembuangan kotoran berpipa.
  6. Perbedaan antar daerah yang besar di bidang kemiskinan. Keragaman antar daerah merupakan ciri khas Indonesia, di antaranya tercerminkan dengan adanya perbedaan antara daerah pedesaan dan perkotaan. Di pedesaan, terdapat sekitar 57 persen dari orang miskin di Indonesia yang juga seringkali tidak memiliki akses terhadap pelayanan infrastruktur dasar hanya sekitar 50 persen masyarakat miskin di pedesaan mempunyai akses terhadap sumber air bersih, dibandingkan dengan 80 persen bagi masyarakat miskin di perkotaan. Tetapi yang penting, dengan melintasi kepulauan Indonesia yang sangat luas, akan ditemui perbedaan dalam kantong-kantong kemiskinan di dalam daerah itu sendiri.
FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN
Yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu :
  1. Kemiskinan alamiah.
Kemiskinan alamiah terjadi akibat sumber daya alam yang terbatas,penggunaan teknologi yang rendah,dan bencana alam.
  1. Kemiskinan buatan.
Kemiskinan ini terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia hingga mereka tetap miskin.
Selain itu,penyebab kemiskinan di negara Indonesia adalah :
  1. Laju Pertumbuhan Penduduk.
Pertumbuhan penduduk Indonesia terus menigkat di setiap 10 tahun menurut hasil sensus penduduk.
Meningkatnya jumlah penduduk membuat Indonesia semakin terpuruk dengan keadaan ekonomi yang belum mapan. Jumlah penduduk yang bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban ketergantungan. Penghasilan yang minim ditambah dengan banyaknya beban ketergantungan yang harud ditanggung membuat penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.
  1. Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran.
Secara garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong tenaga kerja ialah penduduk yang berumur didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda disetiap negara yang satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atau semua penduduk kesenjangan dikatakan lunak,distribusi pendapatan nasional dikatakan cukup merata.
  1. Tingkat pendidikan yang rendah.
Rendahnya kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab kemiskinan di suatu negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi terutama industri, jelas sekali dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang mempunyai skill atau paling tidak dapat membaca dan menulis.
  1. Kurangnya perhatian dari pemerintah.
Pemerintah yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan yang mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di negaranya.
Faktor lain yang masih memperlambat pencapaian penurunan kemiskinan sebagai berikut :
  1. Belum meratanya program pembangunan,khususnya di pedesaan,luar Pulau Jawa,daerah terpencil,dan daerah perbatasan. Sekitar 63.5% penduduk miskin hidup di daerah pedesaan. Kemiskinan diluar  Pulau Jawa termasuk Nusa Tenggara, Maluku dan Papua juga lebih tinggi dibandingkan di Pulau Jawa. Oleh karena itu, upaya penanganan kemiskinan seharusnya lebih difokuskan di daerah-daerah tersebut.
  2. Masih terbatasnya akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar.
  3. Masih besarnya jumlah penduduk yang rentan untuk jatuh miskin,baik karena guncangan ekonomi,bencana alam,dan juga akibat kurangnya akses terhadap pelayanan dasar dan sosial.
  4. Kondisi kemiskinan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga kebutuhan pokok. Sehubungan dengan itu ,upaya penanggulangan kemiskinan melalui stabilitas harga kebutuhan pokok harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu. Hal ini bertujuan agar penanggulangan kemiskinan,baik di perdesaan maupun perkotaan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Menurut Todaro (1997) menyatakan bahwa variasi kemiskinan dinegara berkembang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
  1. perbedaan geografis, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan.
  2. perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh Negara yang berlainan.
  3. perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya
  4. perbedaan peranan sektor swasta dan Negara.
  5. perbedaan struktur industri.
  6. perbedaan derajat ketergantungan pada kekuatan ekonomi dan politik negara lain.
  7. perbedaan pembagian kekuasaan, struktur politik dan kelembagaan dalam negeri.
Menurut Studi empiris Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Departemen Pertanian (1995) yang dilakukan pada tujuh belas propinsi di Indonesia, menyimpulkan bahwa ada enam faktor utama penyebab kemiskinan, yaitu:
  1. Rendahnya kualitas sumber daya manusia, hal ini ditunjukkan dengan rendahnya tingkat pendidikan, tingginya angka ketergantungan, rendahnya tingkat kesehatan, kurangnya pekerjaan alternatif, rendahnya etos kerja, rendahnya keterampilan dan besarnya jumlah anggota keluarga.
  2. Rendahnya sumber daya fisik, hal ini ditunjukkan oleh rendahnya kualitas dan aset produksi serta modal kerja.
  3. Rendahnya penerapan teknologi, ditandai oleh rendahnya penggunaan input mekanisasi pertanian.
  4. Rendahnya potensi wilayah yang ditandai dengan oleh rendahnya potensi fisik dan infrastruktur wilayah.
  5. Kurang tepatnya kebijaksanaan yang dikukan oleh pemerintah dalam investasi dalam rangka pengentasan kemiskinan.
  6. Kurangnya peranan kelembagaan yang ada.
Menurut Ginanjar (1996) ada 4 faktor penyebab kemiskinan, faktor-faktor tersebut antara lain:
  1. Rendahnya taraf pendidikan.
  2. Rendahnya taraf kesehatan.
  3. Terbatasnya lapangan kerja.
  4. Kondisi keterisolasian,
KEBIJAKAN ANTI KEMISKINAN
Banyak kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk dapat mengatasi berbagai macam masalah kemiskinan, antara lain adalah sebagai berikut :
  1. Kebijaksanaan tidak langsung
Kebijaksanaan tidak langsung diarahkan pada penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya penanggulangan kemiskinan. Kondisi yang dimaksudkan antara lain adalah suasana sosial politik yang tentram, ekonomi yang stabil dan budaya yang berkembang.
  1. Kebijaksanaan langsung
Kebijaksanaan langsung diarahkan kepada peningkatan peran serta dan produktifitas sumber daya manusia ,khususnya golongan masyarakat berpendapatan rendah. Melalui penyediaan kebutuhan dasar seperti sandang,pangan dan papan, kesehatan dan pendidikan, serta pengembangan kegiatan – kegiaatan sosial ekonomi yang berkelanjutan untuk mendorong kemandirian golongan masyarakat yang berpendapatan rendah.
Strategi oleh pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan adalah :
  1. Jangka pendek, berupa :
  • Pembangunan/penguatan sektor usaha Kerjsama regional.
  • Manajemen pengeluaran pemerintah (APBN) dan administrasi.
  • Pendidikan dan kesehatan.
  • Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan.
  • Pembagian tanah pertanian yang merata.
  • Pembangunan sektor pertanian, usaha kecil, dan ekonomi pedesaan.
  • Manajemen lingkungan dan SDA.
  • Pembangunan transportasi, komunikasi, energi dan keuangan.
  • Peningkatan keikutsertaan masyarakat sepenuhnya dalam pembangunan.
  • Peningkatan proteksi sosial (termasuk pembangunan sistem jaminan sosial)
  1. Jangka menengah dan panjang mencakup :
  • Pembangunan dan penguatan sektor swasta.
  • Kerjasama regional.
  • Manajemen APBN dan administrasi.
  • Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan.
  • Pembagian tanah pertanian yang merata.
 Kebijakan pemerintah untuk pengentasan kemiskinan  sudah terealisasi dengan mengucurkan dana APBN 2014 senilai Rp. 47,2 Triliun.
Beberapa program yang dibuat pemerintah untuk pegentasan kemiskinan seperti      :
  1. OPK (operasi pasar khusus).
  2. Raskin (Beras Miskin).
  3. JPS-BK (Jaringan Pengamanan Sosial Bidang Kesehatan).
  4. PKSPS-BBM (Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM).
  5. JPS-DBO (Jaringan Pengaman Sosial Bidang Pendidikan dan Dana Bantuan Operasional).
  6. BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat).
  7. BSM (Bantuan Siswa Miskin).
  8. BOS (Bantuan Opersional Sekolah).
  9. BLT (Bantuan Langsung Tunai).
  10. PKH (Program Keluarga Harapan).
  11. KUR (kredit Usaha Rakyat).
  12. PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat)

KELOMPOK 
 Cindyta Meidiana ( 21216629 )
 Dwi Fajar Wati ( 22216182 )
 Shifa Baity N ( 27216007 )
REFERENSI
 
 
Blogger Templates