Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur
ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan
ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses
pembangunan ekonomi.
Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan
ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya
pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan Ekonomi
NTB Triwulan IV Tahun 2016 Sebesar 5,82 persen
Sampai dengan triwulan IV-2016 perekonomian Provinsi NTB yang
diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
berlaku mencapai Rp 116,25 triliun dan PDRB perkapita mencapai Rp 23,74 juta.
Sedangkan tanpa sub kategori pertambangan bijih logam, PDRB Provinsi NTB atas
dasar harga berlaku adalah sebesar Rp 94,00 triliun dan PDRB perkapita tanpa
pertambangan bijih logam sebesar Rp 19,20 juta.
Ekonomi Provinsi NTB selama tahun 2016 secara kumulatif (c-to-c)
mengalami pertumbuhan sebesar 5,82 persen terhadap tahun 2015, sedangkan tanpa
pertambangan bijih logam tumbuh sebesar 5,71 persen.
Ekonomi Provinsi NTB khususnya pada triwulan IV-2016 bila
dibandingkan dengan triwulan IV-2015 (y-on-y) tumbuh sebesar 3,77 persen,
Sedangkan tanpa sub kategori pertambangan bijih logam mengalami
pertumbuhan sebesar 5,05 persen.
Pertumbuhan ekonomi Propinsi NTB triwulan IV 2016 ini
dibandingkan dengan triwulan III 2016 yang lalu (q-to-q) kontraksi sebesar 8,22
persen. Sedangkan tanpa sub kategori pertambangan bijih logam mengalami
konstraksi sebesar 6,63 persen.
Lima besar kegiatan ekonomi sebagai penyumbang utama pertumbuhan
ekonomi khususnya pada triwulan IV 2016 ini (y-on-y) adalah Perdagangan
Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 0,73 poin, Jasa
Keuangan sebesar 0,51 poin, Transportasi dan Pergudangan sebesar 0,45 poin,
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 0,37 poin, Konstruksi sebesar 0,32
poin. Dari sisi PDRB pengeluaran adalah Ekspor LN sebesar 6,83 poin, PMTB
sebesar 2,29 poin, dan PKRT sebesar 1,50 poin.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2015
Kepala Badan Pusat
Statistik Nusa Tenggara Barat Wahyudin, di Mataram, Jumat, menyebutkan sektor
yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi NTB sepanjang
2015 adalah pertambangan dan penggalian yakni 16,52 persen, diikuti sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan 1,11 persen dan sektor konstruksi 0,72
persen.
"Tingginya
pertumbuhan pada subkategori pertambangan bijih logam, disebabkan oleh
aktivitas perusahaan tambang bijih logam di NTB, mengalami peningkatan produksi
setelah tidak beroperasi sementara sejak pertengahan 2014," katanya.
Ia mengatakan
pertumbuhan ekonomi selama 2015 tertinggi dicapai oleh pertambangan bijih
logam. Namun, jika tanpa sub kategori pertambangan bijih logam ekonomi NTB
tumbuh 5,62 persen atau mengalami sedikit perlambatan dibanding dengan
pertumbuhan ekonomi pada 2014 yang mencapai 6,16 persen.
Sejak 2000 hingga
kini, kata Wahyudin, perekonomian NTB sangat dipengaruhi oleh nilai tambah yang
dihasilkan oleh sub kategori pertambangan dan bijih logam. Indikasi ini
terlihat jika nilai tambah sub kategori tersebut dieliminasi dari komponen
pembentuk produk domestik regional bruto (PDRB) NTB.
Sampai dengan triwulan
IV/2015, perekonomian NTB yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku
mencapai Rp102,79 triliun dan PDRB perkapita mencapai Rp21,26 juta.
"Sementara tanpa
sub kategori pertambangan bijih logam, PDRB NTB atas dasar harga berlaku adalah
sebesar Rp84,42 triliun," katanya.
Untuk kondisi
pertumbuhan ekonomi NTB triwulan IV dibanding triwulan III/2015, kata Wahyudin,
mengalami kontraksi minus 8,76 persen, sedangkan tanpa sub kategori
pertambangan dan bijih logam mengalami kontraksi minus 6,11 persen.
"Kondisi
tersebut dipicu oleh menurunnya aktivitas perkebunan, khususnya perkebunan
tembakau yang telah melewati puncak kegiatan," ujarnya. (ant)
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi
Nusa Tenggara Barat Pada Triwulan III-2014 Sebesar 1,32 Persen (q To Q)
PDRB Provinsi NTB pada triwulan III-2014
a. Dengan
sub sektor pertambangan non migas atas dasar harga (adh) berlaku
mencapai Rp 15,37 triliun, sedangkan adh konstan mencapai
Rp 5,20 triliun.
b. Tanpa
sub sektor pertambangan non migas atas dasar harga (adh) berlaku
mencapai Rp 14,70 triliun, sedangkan adh konstan mencapai
Rp 5,00 triliun.
Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kuartal (q to q), yaitu laju
pertumbuhan PDRB pada triwulan III-2014 terhadap PDRBpada
triwulan sebelumnya.
a. Dengan
sub sektor pertambangan non migas tumbuh sebesar 1,32 persen.
b. Tanpa
sub sektor pertambangan non migas tumbuh sebesar 7,96 persen.
Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Tahunan (y on y), yaitu
laju pertumbuhan PDRB pada triwulan
III-2014 terhadap triwulan III-2013.
a. Dengan
sub sektor pertambangan non migas tumbuh sebesar - 3,01 persen.
b. Tanpa
sub sektor pertambangan non migas tumbuh sebesar 5,83 persen.
Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kumulatif (c to c), yakni laju
pertumbuhan PDRB kumulatif dari triwulan I sampai triwulan
III-2014 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya.
a. Dengan
subsektor pertambangan non migas
tumbuh sebesar 1,67 persen.
b. Tanpa
subsektor pertambangan non migas tumbuh sebesar 5,84 persen.
Sumber pertumbuhan
ekonomi (SPE)
Pertumbuhan ekonomi
pada triwulan III-2014 sebesar 1,32 persen (q to q) didorong
oleh sektor pertanian hingga 4,66 point. Sementara perekonomian NTB tahun 2014
sampai dengan triwulan III (c to c) tumbuh sebesar 1,67 persen dan
didorong oleh sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar 1,54 point.
Struktur ekonomiProvinsi NTB pada triwulan III-2014.
a. Dari
Sisi Produksi
PDRB Propinsi NTB pada
triwulan III-2014 masih didominasi oleh sektor pertanian (30,72%)diikuti oleh
sektor perdagangan, hotel dan restoran (19,32%), sedangkan yang menempati
urutan ketiga yakni sektor jasa-jasa (14,99%).
b. Dari
Sisi Penggunaan
Dari sisi penggunaan terbesar adalah untuk konsumsi
rumah tangga dan untuk Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB),
masing-masing 58,56 persen dan 29,80 persen. 2017,
Ekonomi NTB Diproyeksi Tumbuh Kondusif
Kepala Kantor
Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Prijono
memperkirakan kondisi perekonomian masih kondusif di tahun 2017 mendatang.
Bahkan Prijono memprediksi pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB di tahun 2017
mendatang berada di kisaran 6,0 persen, tanpa sektor pertambangan.
“Pertumbuhan ekonomi
di tahun 2017 tanpa tambang kami perkirakan tumbuh dikisaran 6,0 persen, yang
ditopang oleh investasi dan ekspor domestik,” kata Prijono, saat pertemuan
tahunan perbankan, Selasa (20/12).
Sementara itu lanjut
Prijono, pertumbuhan ekonomi NTB diproyeksikan berada pada kisaran 4,0 persen,
termasuk didalamnya kategori tambang. Sedangkan untuk non tambang, pertumbuhan
perekonomian NTB diproyeksikan di kisaran 6,0 persen yang ditopang oleh
investasi dan ekspor domestik.
Pertumbuhan
perekonomian juga sangat dipengaruhi dengan laju Inflasi. Dimana inflasi akan
berada dalam kisaran targetnya sebesar 4,01 persen dengan pertumbuhan kredit
dalam kisaran 10 – 12 persen, dan pertumbuhan dana pihak ketiga dalam kisaran 9
– 11 persen di tahun 2017 mendatang.
Dinamika perekonomian
yang semakin dinamis, membuat tantangan yang perlu dihadapi kedepan tidaklah
ringan, tak terkecuali untuk Provinsi NTB. Namun demikian, tantangan tersebut
perlu dijawab dengan optimisme yang tinggi, karena NTB memiliki potensi yang
sangat besar disertai dengan peluang yang terbuka lebar.
Peluang tersebut
antara lain pertama adalah peluang NTB sebagai sentra ketahanan pangan. Dimana
ditengah tingginya lonjakan pertumbuhan penduduk dunia, isu ketahanan pangan
menjadi sangat strategis bagi setiap Negara. Hal tersebut menciptakan peluang
untuk perluasan pasar bagi negara penghasil pangan.
Provinsi NTB sebagai
salah satu provinsi lumbung pangan nasional, dapat berkontribusi untuk
mendukung ketahanan pangan tersebut melalui peningkatan produksi pangan,
disertai penguatan jalur distribusi lintas daerah. “Kami melihat produk
pertanian NTB cukup mampu bersaing,” kata Prijono.
Selanjutnya, kedua,
peluang NTB sebagai destinasi utama pariwisata nasional. BI NTB mencermati
adanya perubahan pola konsumsi pada masyarakat Indonesia secara umum, yakni
kecenderungan meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan rekreasi.
Hal tersebut merupakan
peluang yang dapat dimaksimalkan untuk mendorong peningkatan kunjungan
wisatawan ke NTB. Dengan adanya kenaikan UMR di tahun 2017 (8,25 persen)
diharapkan mampu mendorong peningkatan belanja masyarakat seiring dengan meningkatnya
pendapatan.
Selain itu, adanya
kebijakan bebas visa wisata bagi 75 negara menjadikan peluang yang menjanjikan
untuk meningkatkan tingkat kunjugan wisatawan dari mancanegara.
Ketiga, peluang
sekaligus potensi yang paling kuat adalah potensi sumber daya manusia (SDM) di
NTB yang tengah memasuki fase bonus demografi. Bonus demografi dimaksud
tercermin dari tingginya proporsi masyarakat NTB yang tergolong usia produktif.
“Kondisi ini merupakan
kesempatan sangat baik agar potensi sumber daya alam dapat dikelola secara
maksimal dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi Provinsi NTB,”
imbuhnya.
Sementara itu, Asisten
II Setprov NTB, H. Lalu Gita Aryadi mengatakan, progress pembangunan disegala
bidang di Provinsi NTB terus menunjukan langkah nyata dan sudah on the
track atau sesuai jalurnya. Hal tersebut terbukti dengan keberhasilan
NTB menurunkan angka kemiskinan, pengangguran melalui bukti nyata dengan
didapatkannya penghargaan dari Presiden RI.
Pembangunan di sektor
perekonomian dan kesehatan termasuk juga infrastruktur terus menjadi program
prioritas pemerintah daerah. Selain itu pengembangan sektor pariwisata, jasa
dan perdagangan dan tidak terlupakan program unggulan di sektor pertanian dan
kelautan terus digenjot oleh pemerintah daerah. “Kita terus menggenjot kinerja
semua pihak dalam memajukan NTB, baik dari perekonomian dan lainnya, menuju
rakyat sejahtera,” pungkasnya. (luk)
KELOMPOK
Cindyta Meidiana ( 21216629 )
Dwi Fajar Wati ( 22216182 )
Shifa Baity N ( 27216007 )
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar