Ads 468x60px

Rabu, 26 April 2017

PEMBANGUNAN EKONOMI DI NTB

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan Ekonomi NTB Triwulan IV Tahun 2016 Sebesar 5,82 persen
Sampai dengan triwulan IV-2016 perekonomian Provinsi NTB yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 116,25 triliun dan PDRB perkapita mencapai Rp 23,74 juta. Sedangkan tanpa sub kategori pertambangan bijih logam, PDRB Provinsi NTB atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp 94,00 triliun dan PDRB perkapita tanpa pertambangan bijih logam sebesar Rp 19,20 juta.

Ekonomi Provinsi NTB selama tahun 2016 secara kumulatif (c-to-c) mengalami pertumbuhan sebesar 5,82 persen terhadap tahun 2015, sedangkan tanpa pertambangan bijih logam tumbuh sebesar 5,71 persen.
Ekonomi Provinsi NTB khususnya pada  triwulan IV-2016 bila dibandingkan dengan triwulan IV-2015 (y-on-y) tumbuh sebesar 3,77 persen, Sedangkan tanpa sub kategori pertambangan bijih logam  mengalami pertumbuhan sebesar 5,05 persen.

Pertumbuhan  ekonomi Propinsi NTB triwulan IV 2016 ini dibandingkan dengan triwulan III 2016 yang lalu (q-to-q) kontraksi sebesar 8,22 persen. Sedangkan tanpa sub kategori pertambangan bijih logam  mengalami konstraksi sebesar 6,63 persen.

Lima besar kegiatan ekonomi sebagai penyumbang utama pertumbuhan ekonomi khususnya  pada triwulan IV 2016 ini (y-on-y) adalah Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 0,73 poin, Jasa Keuangan sebesar 0,51 poin, Transportasi dan Pergudangan sebesar 0,45 poin, Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 0,37 poin, Konstruksi sebesar 0,32 poin. Dari sisi PDRB pengeluaran adalah Ekspor LN sebesar 6,83 poin, PMTB sebesar 2,29 poin, dan PKRT sebesar 1,50 poin.








Pertumbuhan ekonomi tahun 2015
Kepala Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat Wahyudin, di Mataram, Jumat, menyebutkan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi NTB sepanjang 2015 adalah pertambangan dan penggalian yakni 16,52 persen, diikuti sektor pertanian, kehutanan dan perikanan 1,11 persen dan sektor konstruksi 0,72 persen.
"Tingginya pertumbuhan pada subkategori pertambangan bijih logam, disebabkan oleh aktivitas perusahaan tambang bijih logam di NTB, mengalami peningkatan produksi setelah tidak beroperasi sementara sejak pertengahan 2014," katanya.
Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi selama 2015 tertinggi dicapai oleh pertambangan bijih logam. Namun, jika tanpa sub kategori pertambangan bijih logam ekonomi NTB tumbuh 5,62 persen atau mengalami sedikit perlambatan dibanding dengan pertumbuhan ekonomi pada 2014 yang mencapai 6,16 persen.
Sejak 2000 hingga kini, kata Wahyudin, perekonomian NTB sangat dipengaruhi oleh nilai tambah yang dihasilkan oleh sub kategori pertambangan dan bijih logam. Indikasi ini terlihat jika nilai tambah sub kategori tersebut dieliminasi dari komponen pembentuk produk domestik regional bruto (PDRB) NTB.
Sampai dengan triwulan IV/2015, perekonomian NTB yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp102,79 triliun dan PDRB perkapita mencapai Rp21,26 juta.
"Sementara tanpa sub kategori pertambangan bijih logam, PDRB NTB atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp84,42 triliun," katanya.
Untuk kondisi pertumbuhan ekonomi NTB triwulan IV dibanding triwulan III/2015, kata Wahyudin, mengalami kontraksi minus 8,76 persen, sedangkan tanpa sub kategori pertambangan dan bijih logam mengalami kontraksi minus 6,11 persen.
"Kondisi tersebut dipicu oleh menurunnya aktivitas perkebunan, khususnya perkebunan tembakau yang telah melewati puncak kegiatan," ujarnya. (ant)


Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat Pada Triwulan III-2014 Sebesar 1,32 Persen (q To Q)

PDRB Provinsi NTB pada triwulan III-2014
a.    Dengan sub sektor pertambangan non migas atas dasar harga (adh) berlaku mencapai Rp 15,37 triliun, sedangkan adh konstan mencapai  Rp 5,20  triliun.
b.    Tanpa sub sektor pertambangan non migas atas dasar harga (adh) berlaku mencapai Rp 14,70 triliun, sedangkan adh konstan mencapai  Rp 5,00  triliun.
Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kuartal (q to q), yaitu laju pertumbuhan PDRB pada triwulan III-2014 terhadap PDRBpada triwulan sebelumnya.
a.    Dengan sub sektor pertambangan non migas tumbuh sebesar 1,32 persen.
b.    Tanpa sub sektor pertambangan non migas tumbuh sebesar 7,96 persen.
Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Tahunan (y on y), yaitu laju pertumbuhan PDRB  pada triwulan III-2014 terhadap triwulan III-2013.
a.    Dengan sub sektor pertambangan non migas tumbuh sebesar - 3,01 persen.
b.    Tanpa sub sektor pertambangan non migas tumbuh sebesar 5,83 persen.
Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kumulatif (c to c), yakni laju pertumbuhan PDRB kumulatif dari triwulan I sampai triwulan III-2014 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya.
a.    Dengan subsektor pertambangan non migas tumbuh sebesar  1,67 persen.
b.    Tanpa subsektor pertambangan non migas tumbuh sebesar 5,84 persen.
Sumber pertumbuhan ekonomi (SPE)
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2014 sebesar 1,32 persen (q to q) didorong oleh sektor pertanian hingga 4,66 point. Sementara perekonomian NTB tahun 2014 sampai dengan triwulan III (c to c) tumbuh sebesar 1,67 persen dan didorong oleh sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar 1,54 point.
Struktur ekonomiProvinsi NTB pada triwulan III-2014.
a.    Dari Sisi Produksi
PDRB Propinsi NTB pada triwulan III-2014 masih didominasi oleh sektor pertanian (30,72%)diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (19,32%), sedangkan yang menempati urutan ketiga yakni sektor jasa-jasa (14,99%).
b.    Dari Sisi Penggunaan
Dari sisi penggunaan terbesar adalah untuk konsumsi rumah tangga dan untuk Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), masing-masing 58,56 persen dan 29,80 persen. 2017, Ekonomi NTB Diproyeksi Tumbuh Kondusif
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Prijono memperkirakan kondisi perekonomian masih kondusif di tahun 2017 mendatang. Bahkan Prijono memprediksi pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB di tahun 2017 mendatang berada di kisaran 6,0 persen, tanpa sektor pertambangan.
“Pertumbuhan ekonomi di tahun 2017 tanpa tambang kami perkirakan tumbuh dikisaran 6,0 persen, yang ditopang oleh investasi dan ekspor domestik,” kata Prijono, saat pertemuan tahunan perbankan, Selasa (20/12).
Sementara itu lanjut Prijono, pertumbuhan ekonomi NTB diproyeksikan berada pada kisaran 4,0 persen, termasuk didalamnya kategori tambang. Sedangkan untuk non tambang, pertumbuhan perekonomian NTB diproyeksikan di kisaran 6,0 persen yang ditopang oleh investasi dan ekspor domestik.
Pertumbuhan perekonomian juga sangat dipengaruhi dengan laju Inflasi. Dimana inflasi akan berada dalam kisaran targetnya sebesar 4,01 persen dengan pertumbuhan kredit dalam kisaran 10 – 12 persen, dan pertumbuhan dana pihak ketiga dalam kisaran 9 – 11 persen di tahun 2017 mendatang.
Dinamika perekonomian yang semakin dinamis, membuat tantangan yang perlu dihadapi kedepan tidaklah ringan, tak terkecuali untuk Provinsi NTB. Namun demikian, tantangan tersebut perlu dijawab dengan optimisme yang tinggi, karena NTB memiliki potensi yang sangat besar disertai dengan peluang yang terbuka lebar.
Peluang tersebut antara lain pertama adalah peluang NTB sebagai sentra ketahanan pangan. Dimana ditengah tingginya lonjakan pertumbuhan penduduk dunia, isu ketahanan pangan menjadi sangat strategis bagi setiap Negara. Hal tersebut menciptakan peluang untuk perluasan pasar bagi negara penghasil pangan.
Provinsi NTB sebagai salah satu provinsi lumbung pangan nasional, dapat berkontribusi untuk mendukung ketahanan pangan tersebut melalui peningkatan produksi pangan, disertai penguatan jalur distribusi lintas daerah. “Kami melihat produk pertanian NTB cukup mampu bersaing,” kata Prijono.
Selanjutnya, kedua, peluang NTB sebagai destinasi utama pariwisata nasional. BI NTB mencermati adanya perubahan pola konsumsi pada masyarakat Indonesia secara umum, yakni kecenderungan meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan rekreasi.
Hal tersebut merupakan peluang yang dapat dimaksimalkan untuk mendorong peningkatan kunjungan wisatawan ke NTB. Dengan adanya kenaikan UMR di tahun 2017 (8,25 persen) diharapkan mampu mendorong peningkatan belanja masyarakat seiring dengan meningkatnya pendapatan.
Selain itu, adanya kebijakan bebas visa wisata bagi 75 negara menjadikan peluang yang menjanjikan untuk meningkatkan tingkat kunjugan wisatawan dari mancanegara.
Ketiga, peluang sekaligus potensi yang paling kuat adalah potensi sumber daya manusia (SDM) di NTB yang tengah memasuki fase bonus demografi. Bonus demografi dimaksud tercermin dari tingginya proporsi masyarakat NTB yang tergolong usia produktif.
“Kondisi ini merupakan kesempatan sangat baik agar potensi sumber daya alam dapat dikelola secara maksimal dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi Provinsi NTB,” imbuhnya.
Sementara itu, Asisten II Setprov NTB, H. Lalu Gita Aryadi mengatakan, progress pembangunan disegala bidang di Provinsi NTB terus menunjukan langkah nyata dan sudah on the track atau sesuai jalurnya. Hal tersebut terbukti dengan keberhasilan NTB menurunkan angka kemiskinan, pengangguran melalui bukti nyata dengan didapatkannya penghargaan dari Presiden RI.
Pembangunan di sektor perekonomian dan kesehatan termasuk juga infrastruktur terus menjadi program prioritas pemerintah daerah. Selain itu pengembangan sektor pariwisata, jasa dan perdagangan dan tidak terlupakan program unggulan di sektor pertanian dan kelautan terus digenjot oleh pemerintah daerah. “Kita terus menggenjot kinerja semua pihak dalam memajukan NTB, baik dari perekonomian dan lainnya, menuju rakyat sejahtera,” pungkasnya. (luk)
KELOMPOK 
 Cindyta Meidiana ( 21216629 )
 Dwi Fajar Wati ( 22216182 )
 Shifa Baity N ( 27216007 )
REFERENSI



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates