Ads 468x60px

Jumat, 30 Juni 2017

Polandia Jadi Pintu Ekspor Indonesia ke Eropa Tengah



WARSAWA. Kunjungan delegasi Indonesia yang dipimpin Menteri Perindustrian Saleh Husin ke Polandia membuahkan beberapa kesepakatan dan hasil konkret. Di antaranya, kedua negara bekerja sama dalam perdagangan ekspor-impor, pendidikan dan transfer ilmu pengetahuan serta teknologi.

“Pertama yang menggembirakan adalah Polandia membuka peluang kita untuk memanfaatkan pelabuhan mereka menjadi pintu masuknya produk Indonesia ke Eropa Tengah dan kawasan Eropa lainnya. Ini diharapkan meningkatkan ekspor andalan kita seperti minyak kelapa sawit atau crued palm oil/CPO,” kata Menperin di Warsawa, Polandia, usai menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian Perindustrian Republik Indonesia dengan Kementerian Perekonomian Republik Polandia di Warsawa, Polandia, Kamis (10/9/2015).

Dari pihak Polandia, pejabat yang melakukan penandatanganan ialah Menteri Perekonomian sekaligus Wakil Perdana Menteri  Polandia, Janusz Piechocinski. Nota kesepahaman itu mencakup pengembangan industri kimia, kedigantaraan dan maritim, suku cadang dan komponen, industri permesinan khususnya untuk pertambangan dan pemadam kebakaran, industri baja khusus, pengolahan makanan dan industri alat kesehatan.

Hasil penting yang kedua, pemerintah Polandia membuka kesempatan bagi Indonesia untuk mengekspor produk tekstil dan komoditas lainnya. Selain itu menjalin kerja sama industri dan investasi. “Akhir September nanti, sekitar 20 pengusaha terkemuka Polandia akan berkunjung ke Indonesia,” ujar Saleh.

Ketiga, terjalin kemitraan di bidang pendidikan yang dilakukan oleh Alstom Power dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Perusahaan multinasional yang kondang dalam rekayasa teknologi itu memberikan peluang kepada sekitar 20 mahasiswa ITB untuk belajar dan bekerja (magang) di pabrik produsen turbin pembangkit listrik milik Alstom.

“Penandatangan memorandum of understanding-nya akan dilakukan di Bandung sekitar akhir September atau awal Oktober mendatang. Pihak Alstom yang akan datang ke Indonesia, mereka sangat serius dan ini kesempatan emas bagi kita,” ungkap Dubes RI untuk Polandia, Peter Frans Gontha yang mendampingi Menperin pada kunjungan kerja ini.

Menurutnya, peningkatan kerja sama dengan Polandia di saat ini merupakan momentum yang tepat lantaran negara ini tengah berkembang pesat baik di bidang ekonomi maupun penguasaan teknologi.

“Jadi kunjungan Pak Menteri Perindustrian ini memiliki sekaligus dua arti penting. Kita tawarkan investasi bagi mereka untuk menggarap sektor industri manufaktur seperti galangan kapal, pembangkit listrik dan lain-lain di Indonesia. Sebaliknya ini juga penjajakan bagi pengusaha Indonesia untuk ekspansi ke Polandia, salah satunya masuk ke industri pariwisata,” ujar Gontha yang juga mengungkapkan Polandia merupakan salah satu dari sedikit negara Eropa yang pertumbuhan ekonomi tetap melaju di saat negara di Benua Biru lainnya mengalami konstraksi.

Aktivitas industri Polandia yang pesat juga membutuhkan bahan baku yang dihasilkan oleh Indonesia. Salah satunya ialah industri makanan minuman yang kebutuhan minyak nabatinya dapat dipenuhi oleh CPO asal Indonesia.

INVESTASI INFRASTRUKTUR LISTRIK DAN MARITIM
Image result for polandia
Selain menggelar pertemuan dengan pejabat pemerintahan, Menperin juga mengunjungi pusat-pusat industri seperti produsen komponen pembangkit listrik dan perkapalan.

“Indonesia ingin menarik investasi dari Polandia dan mempererat kerja sama. Kita yang sedang memacu infrastruktur seperti listrik dapat menggandeng Alstom Power sebagai produsen turbin pembangkit listrik,” katanya. Salah satu opsinya, menurut Menperin, produsen turbin di Indonesia dapat menjalin kemitraan baik dalam investasi maupun produksi bersama atau joint production.

Sejauh ini, menurut data Kemenperin, terdapat 3 perusahaan di Indonesia yang sudah dapat memproduksi turbin berkapasitas hingga 27 MW, dua perusahaan generator hingga 10 MW, sepuluh perusahaan boiler sampai 660 MW.

Sementara itu, industri galangan kapal nasional dapat menjalin kemitraan dengan galangan kapal Polandia yang dikenal kompetitif dalam hal biaya produksi dibanding negara produsen kapal di Eropa lainnya namun tetap berkualitas.

“Salah satu keunggulan industri maritim Polandia adalah dukungan sektor pendidikan melalui Gdynia Maritime University. Ini bisa menjadi ide menarik untuk diterapkan di Indonesia yaitu memperkuat kerja sama antara industri dengan program studi di perguruan tinggi yang berkorelasi dengan kemaritiman,” ujar Saleh Husin saat mengunjungi industri perkapalan di pelabuhan Gdynia, Gdansk.

Selain ke pabrik turbin Alstom di Elblag dan galangan kapal RS Nauta di Gdynia, delegasi Indonesia juga ke pusat reparasi kereta api cepat Alstom, dan bertemu dengan manajemen produsen persenjataan PGZ (Polish Arms Group). Menperin juga melihat dari dekat proses produksi alat kesehatan dan industri makanan minuman di pabrik Bakoma (BKZ Group).

Pada 2014, total neraca perdagangan Indonesia ke Polandia  untuk semua produk industri mengalami surplus sebesar USD 252,2 juta. Ekspor produk industri yang paling besar dari Indonesia ke Polandia adalah produk mesin elektronika, peralatan musik, dan perlengkapan TV dengan nilai USD 136,2 juta, selanjutnya produk karet dan barang sejenisnya dengan nilai USD 48,1 juta, serta produk sabun, lilin, semir, dan perawatan gigi dengan nilai 22,2 juta USD. Total nilai ekspor untuk semua produk industri sebesar USD 395,9 juta.

Selanjutnya, impor produk industri Polandia ke Indonesia yang paling besar pada tahun 2014 adalah produk susu, telur burung, madu, produk binatang dengan nilai USD 27,6 juta, lalu produk reaktor nuklir, boiler, mesin, serta komponen dengan nilai USD 20,4 juta, sedangkan produk mesin elektronika, peralatan musik, perlengkapan TV dengan nilai USD 16,5 juta. Total nilai impor untuk semua produk industri sebesar USD 143,8 juta.
 Kelompok : 
1. Cindyta Meidiana
2. Dwi Fajarwati
3. Shifa Baity

Referensi





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates