WARSAWA.
Kunjungan delegasi Indonesia yang dipimpin Menteri Perindustrian Saleh Husin ke
Polandia membuahkan beberapa kesepakatan dan hasil konkret. Di antaranya, kedua
negara bekerja sama dalam perdagangan ekspor-impor, pendidikan dan
transfer ilmu pengetahuan serta teknologi.
“Pertama
yang menggembirakan adalah Polandia membuka peluang kita untuk memanfaatkan
pelabuhan mereka menjadi pintu masuknya produk Indonesia ke Eropa Tengah dan
kawasan Eropa lainnya. Ini diharapkan meningkatkan ekspor andalan kita seperti
minyak kelapa sawit atau crued palm oil/CPO,” kata Menperin di Warsawa,
Polandia, usai menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia dengan Kementerian Perekonomian
Republik Polandia di Warsawa, Polandia, Kamis (10/9/2015).
Dari
pihak Polandia, pejabat yang melakukan penandatanganan ialah Menteri
Perekonomian sekaligus Wakil Perdana Menteri Polandia, Janusz
Piechocinski. Nota kesepahaman itu mencakup pengembangan industri kimia,
kedigantaraan dan maritim, suku cadang dan komponen, industri permesinan
khususnya untuk pertambangan dan pemadam kebakaran, industri baja khusus,
pengolahan makanan dan industri alat kesehatan.
Hasil
penting yang kedua, pemerintah Polandia membuka kesempatan bagi Indonesia untuk
mengekspor produk tekstil dan komoditas lainnya. Selain itu menjalin kerja sama
industri dan investasi. “Akhir September nanti, sekitar 20 pengusaha terkemuka
Polandia akan berkunjung ke Indonesia,” ujar Saleh.
Ketiga,
terjalin kemitraan di bidang pendidikan yang dilakukan oleh Alstom Power dengan
Institut Teknologi Bandung (ITB). Perusahaan multinasional yang kondang dalam
rekayasa teknologi itu memberikan peluang kepada sekitar 20 mahasiswa ITB untuk
belajar dan bekerja (magang) di pabrik produsen turbin pembangkit listrik milik
Alstom.
“Penandatangan
memorandum of understanding-nya akan
dilakukan di Bandung sekitar akhir September atau awal Oktober mendatang. Pihak
Alstom yang akan datang ke Indonesia, mereka sangat serius dan ini kesempatan
emas bagi kita,” ungkap Dubes RI untuk Polandia, Peter Frans Gontha yang
mendampingi Menperin pada kunjungan kerja ini.
Menurutnya,
peningkatan kerja sama dengan Polandia di saat ini merupakan momentum yang
tepat lantaran negara ini tengah berkembang pesat baik di bidang ekonomi maupun
penguasaan teknologi.
“Jadi
kunjungan Pak Menteri Perindustrian ini memiliki sekaligus dua arti penting.
Kita tawarkan investasi bagi mereka untuk menggarap sektor industri manufaktur
seperti galangan kapal, pembangkit listrik dan lain-lain di Indonesia.
Sebaliknya ini juga penjajakan bagi pengusaha Indonesia untuk ekspansi ke
Polandia, salah satunya masuk ke industri pariwisata,” ujar Gontha yang juga
mengungkapkan Polandia merupakan salah satu dari sedikit negara Eropa yang
pertumbuhan ekonomi tetap melaju di saat negara di Benua Biru lainnya mengalami
konstraksi.
Aktivitas
industri Polandia yang pesat juga membutuhkan bahan baku yang dihasilkan oleh
Indonesia. Salah satunya ialah industri makanan minuman yang kebutuhan minyak
nabatinya dapat dipenuhi oleh CPO asal Indonesia.
INVESTASI INFRASTRUKTUR LISTRIK DAN
MARITIM
Selain
menggelar pertemuan dengan pejabat pemerintahan, Menperin juga mengunjungi
pusat-pusat industri seperti produsen komponen pembangkit listrik dan
perkapalan.
“Indonesia
ingin menarik investasi dari Polandia dan mempererat kerja sama. Kita yang
sedang memacu infrastruktur seperti listrik dapat menggandeng Alstom Power
sebagai produsen turbin pembangkit listrik,” katanya. Salah satu opsinya,
menurut Menperin, produsen turbin di Indonesia dapat menjalin kemitraan baik
dalam investasi maupun produksi bersama atau joint production.
Sejauh
ini, menurut data Kemenperin, terdapat 3 perusahaan di Indonesia yang sudah
dapat memproduksi turbin berkapasitas hingga 27 MW, dua perusahaan generator
hingga 10 MW, sepuluh perusahaan boiler sampai 660 MW.
Sementara
itu, industri galangan kapal nasional dapat menjalin kemitraan dengan galangan
kapal Polandia yang dikenal kompetitif dalam hal biaya produksi dibanding
negara produsen kapal di Eropa lainnya namun tetap berkualitas.
“Salah
satu keunggulan industri maritim Polandia adalah dukungan
sektor pendidikan melalui Gdynia Maritime University. Ini bisa menjadi ide
menarik untuk diterapkan di Indonesia yaitu memperkuat kerja sama antara
industri dengan program studi di perguruan tinggi yang berkorelasi dengan
kemaritiman,” ujar Saleh Husin saat mengunjungi industri perkapalan di
pelabuhan Gdynia, Gdansk.
Selain
ke pabrik turbin Alstom di Elblag dan galangan kapal RS Nauta di Gdynia,
delegasi Indonesia juga ke pusat reparasi kereta api cepat Alstom, dan bertemu
dengan manajemen produsen persenjataan PGZ (Polish Arms Group). Menperin juga
melihat dari dekat proses produksi alat kesehatan dan industri makanan minuman
di pabrik Bakoma (BKZ Group).
Pada
2014, total neraca perdagangan Indonesia ke Polandia untuk semua produk
industri mengalami surplus sebesar USD 252,2 juta. Ekspor produk industri yang
paling besar dari Indonesia ke Polandia adalah produk mesin elektronika,
peralatan musik, dan perlengkapan TV dengan nilai USD 136,2 juta, selanjutnya
produk karet dan barang sejenisnya dengan nilai USD 48,1 juta, serta produk
sabun, lilin, semir, dan perawatan gigi dengan nilai 22,2 juta USD. Total nilai
ekspor untuk semua produk industri sebesar USD 395,9 juta.
Selanjutnya,
impor produk industri Polandia ke Indonesia yang paling besar pada tahun 2014
adalah produk susu, telur burung, madu, produk binatang dengan nilai USD 27,6
juta, lalu produk reaktor nuklir, boiler, mesin, serta komponen dengan nilai
USD 20,4 juta, sedangkan produk mesin elektronika, peralatan musik,
perlengkapan TV dengan nilai USD 16,5 juta. Total nilai impor untuk semua
produk industri sebesar USD 143,8 juta.
Kelompok :
1. Cindyta Meidiana
2. Dwi Fajarwati
3. Shifa Baity
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar